Pada zaman dahulu kala, di Kepulauan Riau ada seorang Batin dari sekumpulan Suku Laut yang dipimpin oleh Batin Lagoi. Pemimpin Suku Laut ini merupakan seorang yang santun dan memimpin dengan adil. Tutur katanya yang lemah lembut terhadap siapa saja, membuat masyarakat Suku Laut sangat mencintai pemimpin mereka itu.
Suatu hari Batin Lagoi sedang berjalan-jalan dipantai yang ditumbuhi semak-semak pandan yang lebat. Saat tengah asik berjalan menikmati pemandangan dan hawa sejuk angin pantai yang berhembus , tiba-tiba Batin Lagoi mendengar suara tangisan dari semak pandan yang lebat itu. Batin Lagoi segera mencari asal suara tersebut , lalu betapa terkejutnya dia saat melihat seorang bayi perempuan yang tergeletak di tengah semak pandan sambil menangis.
Batin Lagoi yang merasa iba segera membawa pulang bayi tersebut, bayi perempuan cantik itu dia rawat seperti anak kandungnya sendiri dan Terkadang ia merasa bayi itu memang diberikan Tuhan untuknya. Bayi perempuan yang diberinya nama Putri Pandan Berduri itu sungguh membawa kebahagiaan bagi Batin Lagoi yang selama ini hidup sendiri.
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, kini Putri Pandan Berduri telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Bukan hanya parasnya yang menawan, Putri Pandan Berduri juga memiliki sikap yang sangat anggun dan santun layaknya seorang putri. Tutur katanya yang lembut membuat masyarakat Suku Laut mencintainya.
Banyak pemuda yang terpikat akan kecantikan Putri Pandan Berduri, walau demikian tidak ada seorang pun berani meminangnya. Batin Lagoi memang berharap agar putrinya itu berjodoh dengan anak seorang raja atau pemimpin suatu daerah.
Ada seorang pemimpin di Pulau Galang yang memiliki dua orang putra bernama Julela dan Jenang Perkasa, sejak kecil kecil kakak beradik itu hidup rukun. Kerukunan itu sirna saat sang ayah mengatakan bahwa sebagai anak tertua, Julela akan menggantikan dirinya sebagai pemimpin di Pulau Galang kelak. Sejak itu, Julela berubah perangai menjadi angkuh. Bahkan, Julela mengancam Jenang Perkasa agar selalu mengikuti setiap perkataannya sebagai calon pemimpin.
Jenang Perkasa sungguh kecewa akan sikap kakaknya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan Pulau Galang. Berhari hari ia berlayar tanpa mengetahui arah tujuan hingga tiba di Pulau Bintan, namun Jenang Perkasa tidak pernah mengaku sebagai anak pemimpin Pulau Galang. Setiap harinya ia bekerja sebagai pedagang seperti orang kebanyakan.
Sebagai seorang pendatang, Jenang Perkasa cepat menyesuaikan diri. Sikapnya yang sopan dan gaya bahasanya yang halus membuat kagum setiap orang. Mereka tidak habis pikir bagaimana seorang pemuda biasa memiliki sifat seperti itu, akibatnya Jenang Perkasa menjadi bahan pembicaraan di seluruh pulau.
Cerita tentang Jenang Perkasa sampai juga di telinga Batin Lagoi, Ia sangat penasaran untuk mengenal pemuda itu secara langsung. Agar tidak mencolok, Batin Lagoi menyelenggarakan acara makan malam dengan mengundang seluruh tokoh terkemuka di Pulau Bintan. Tidak lupa, ia juga mengundang Jenang Perkasa dalam acara itu.
Jenang Perkasa yang sebenarnya heran mengapa dirinya diundang Batin Lagoi, datang memenuhi undangan. Sejak kedatangannya, Batin Lagoi senantiasa memperhatikan gerak gerik Jenang Perkasa. Caranya bersikap, berbicara, bahkan sampai caranya bersantap diamati Batin Lagoi diam-diam. Tidak dapat dipungkiri, Batin Lagoi sangat terkesan terhadap Jenang Perkasa. Terbersit dihatinya untuk menjodohkan Jenang Perkasa dengan Putri Pandan Berduri. Batin Lagoi sepertinya lupa akan keinginannya untuk menikahkan putrinya dengan seorang pangeran atau calon pemimpin.
Tidak ingin membuang kesempatan, Batin Lagoi segera menghampiri Jenang Perkasa. Batin Lagoi pun mengutarakan pikirannya, agar Jenang Perkasa mau dinikahkan dengan putrinya. Jenang Perkasa sungguh terkejut mendengar tawaran Batin Lagoi, ia mengusap usap lengannya untuk memastikan dirinya tidak sedang bermimpi. Ia sama sekali tidak menyangka ayah seorang perempuan cantik bernama Putri Pandan Berduri meminta kesediaan dirinya untuk dijadikan menantu. Jenang Perkasa tentu saja tidam mau membuang kesempatan emas itu, ia pun segera mengangguk setuju sambil tersenyum memandang Batin Lagoi.
Beberapa hari kemudian, Batin Lagoi menikahkan Putri Pandan Berduri dengan Jenang Perkasa. Pesta besar digelar untuk merayakan pernikahan putri semata wayangnya itu, seluruh warga Pulau Bintan diundang untuk hadir. Para undangan merasa senang melihat Putri Pandan Berduri bersanding dengan Jenang Perkasa yang terlihat sangat serasi.
Putri Pandan Berduri hidup bahagia dengan Jenang Perkasa, apalagi tidak lama kemudian, Batin Lagoi yang merasa sudah tua mengangkat menantunya itu untuk menggantikan dirinya menjadi pemimpin di Pulau Bintan. Jenang Perkasa yang memang anak seorang pemimpin itu rupanya mewarisi bakat kepemimpinan ayahnya, ia mampu menjadi pemimpin yang disegani sekaligus dicintai rakyatnya. Ia juga menolak untuk kembali saat warga Pulau Galang yang mendengar cerita tentang dirinya memintanya untuk menggantikan kakaknya.
Pernikahan Putri Pandan Berduri dengan Jenang Perkasa dikaruniai tiga orang anak yang diberi nama dengan adat kesukuan. Batin Mantang menjadi kepala suku di utara Pulau Bintan, Batin Mapoi menjadi kepala suku di barat Pulau Bintan, dan Kelong menjadi kepala suku di timur Pulau Bintan. Adapun adat suku asal mereka yaitu Suku Laut tetap menjadi pedoman bagi mereka. Hingga kini, Putri Pandan Berduri dan Jenang Perkasa yang telah lama tiada masih tetap dikenang oleh Suku Laut di perairan Pulau Bintan.